Gunung Wayang, Disini terbaring seorang anak bangsa yang telah berkorban jiwa dan raga demi kepentingan bangsa dan Negara “Denny Prasetya” . Kuningan, 25 Mei 1990. Wafat di Gunung Wayang 6 Maret 2010. Tidurlah saudaraku, kami teruskan cita-cita dan perjuanganmu. Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung).
Di rumah yang sederhana, bertempat di Dusun Wage, Desa Windujanten, Kec. Kadugede terlahirlah sosok seorang anak dari pasangan Entin dan Rustandi. Dia memiliki kepribadian yang murah senyum, sabar, pendiam dan memilki semangat hidup. Tetapi yang membedakan dari anak lainnya dia memiliki kecintaan pada alam begitu besar. Dialah Denny Prasetya sosok pemuda pencinta alam.
Kecintaannya akan alam sudah tampak sejak kecil, setelah menginjak sekolah di SMAN 3 Kuningan dia mendaftarkan diri menjadi anggota pencinta alam (PA). Setelah lulus antusiasnya untuk menjadi pendaki handal dibuktikannya dengan mengikuti seleksi menjadi anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung yang berada di Bandung .
Tak lama kemudian ketika seleksi rintangan demi rintangan dapat ia lewati, yang paling berkesan diungkapkan ibunya, Entin, kelahiran 1965, saya merasa terharu saat diundang pada acara pelantikan menjadi anggota Wanadri, bertempat di Tangkuban Perahu Kawah Upas. Karena dari sekian banyak anggota yang mendaftar Denny lolos menjadi anggota bahkan dia termasuk yang paling muda. Saat itu dia masuk dengan keanggotaan 912 Bayu Windu-Srikandi Silva pada tahun 2008.
Baru setahun menjalankan tugasnya, Denny yang termasuk anggota paling muda, mendapatkan musibah dengan seorang temannya yang berasal dari Ciamis hingga akhirnya dia wafat di Gunung Wayang, Munurut laporan Kepolisian Resort Kota Cimahi Sektor Cisarua. Kronologis kejadian perkara, yakni saat kedua korban sedang melakukan pendataan tentang kondisi area Gunung Burangrang bersama temannya, sejumlah 16 orang, penugasan dibagi 4 regu terpencar dengan titik temu di Puncak Gunung Sunda.
Setibanya di puncak kebetulan kedua korban sedang berada dalam bifak tiba-tiba tersambar petir. Sehingga kedua korban meninggal di tempat kejadian, tetapi mereka tidak terdapat luka bakar, diduga korban meninggal akibat jilatan voltage tinggi aliran listrik yang disambar saluran petir. Kejadiannya Sabtu, Kejadian berlangsung, Sabtu (6/3) sekitar jam 17.00 WIB
Saat di temui, ibunya mengungkapkan, saya merasa ikhlas atas kepergian Denny. Kendati sangat berat harus diterima. Yang membuat kami bahagia dia wafat dalam menjalankan amanahnya sejalan dengan cita-cita dan impiannya untuk menjadi seorang Pencinta Alam.
“Bagi saya dia sosok anak yang sholeh, sekalipun tugas yang ia dapatkan begitu keras sebagaimana dia mesti mengalahkan tingginya gunung, kerasnya cadas, dinginnya embun, panasnya kawah. Namun, dalam kehidupan keseharian dia penuh kelembutan dan kehalusan. Setiap tutur katanya, terutama saat dirumah begitu akrab terlebih lagi sering berada di pangkuan terutama setelah lama tidak jumpa,”ungkap ibunya sambil meneteskan air mata.
Dari mulutnya sering terlontar “ Bu, bu, bu…… Denny janji tidak akan menyusahkan ibu, Denny ingin membahagiakan ibu “. Ucapan itu diiringi dengan pelukan. Semakin erat pelukannya semakin berat melepaskannya, sampai saat ini suara itu masih terhening seakan-akan mengingatkan bahwa Denny masih ada.
Sampai sekarang saya masih merasa bahwa Denny saat ini sedang berada di Bandung dalam menjalankan tugasnya. Saya rindu senyumannya yang membuat saya tetap tegar menjalankan hidup ini. Dan saya merasa bangga dia bukan hanya anak yang pantang menyerah melainkan anak yang tergolong cerdas juga. Karena ketika sekolah selalu mendapat rangking sepuluh besar. Kecerdasan itu pun turun kepada adiknya yang lulus PMDK kini tercatat sebagai Mahasiswi IPB jurusan fisika.
“Dimata masyarakat Denny tergolong anak yang gemar menolong, sekalipun dirinya harus kehilangan waktu, materi bahkan nyawa sekalipun. Seperti yang dilakukan saat detik-detik terakhir, dimana dia sempat menjadi bagian tim pencari korban hilanganya pendaki di Gunung Ciremai yang belum lama ini,”katanya sambil memegang sal sebagai simbol perjuangannya, bahkan keringatnya pun masih ada.
Disaat hari yang masih mengharukan, Ibu Utje Ch. Suganda selaku Ketua K3S dan Ketua TP. PKK Kuningan. Turut berduka cita dengan datang ke pemukimannya, dia berpesan agar keluarga yang ditinggalkan dapat tabah menerima cobaan sebagai takdir Illahi dan tetap semangat menjalani kehidupan ini.
Dan dia berharap, kepergian Denny sebagai sosok pemuda pencinta alam dapat menjadi teladan bagi generasi muda. Untuk senantiasa mencintai alam agar tetap lestari. Kaitannya dengan adik korban yang kini sudah tercatat sebagai mahsiswi IPB akan membantu untuk memfasilitasinya.
Kepergiannya meninggalkan kesan yang cukup mendalam di Wanadri, terlebih lagi dia tergolong anak yang paling aktif dan muda. Pantaslah jika kepergiannya mendapatkan penghargaan sebagai anak bangsa terbaik. Sebagaimana tertulis dalam penghargaan terakhirnya yang diberikan Wanadri, yakni Gunung Wayang, Disini terbaring seorang anak bangsa yang telah berkorban jiwa dan raga demi kepentingan bangsa dan Negara “Denny Prasetya”. Kuningan, 25 Mei 1990. Wafat Gunung Wayang 6 Maret 2010. Tidurlah saudaraku, kami teruskan cita-cita dan perjuanganmu.. (N).
Post A Comment:
0 comments: