Ribuan
masyarakat Kuningan tumpah ruah menyaksikan atraksi kuda sekaligus ketangkasan
penunggangya untuk memasukan tombak ke titik sasaran yang berada dibawah ember yang digantung. Senin (4/9/2017)
bertempat di Lapang Sepak Bola Kertawangunan. Kendati kuda tersebut dalam
kesehariannya menarik penumpang, namun di arena kuda-kuda tersebut begitu gagah
dan gesit. Kegiatan ini menjadi hiburan
rakyat yang melegenda “SAPTON”.
Sapton dilaksakanakan
dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-519 Kuningan. Kegiatan Sapton menjadi salah satu icon tahunan yang
ditunggu oleh masyarakat. Bahkan sekarang sudah dibuatkan Monumen Saptonan yang
berada di Open Space Kertwangunan. Dalam kesempatan ini sekaligus dilakukan
penandantangan prasasti oleh Bupati Kuningan H. Acep Purnama, SH. MH. Didampingi
Wakil Bupati Kuningan H Dede Sembada dan unsur Muspida dan lainnya.
Dikatakan Bupati
Kuningan Tradisi Sapton merupakan salah satu warisan leluhur Kabupaten Kuningan
yang sudah berlangsung pada kerajaan Kuningan yang lebih dikenal dengan Kejane. Dimana para
prajurit dan adipati melakukan ketangkasan melempar tombak dan panahan.
Seperti
tahun-tahun sebelumnya tradisi ini selalu mendapat sambutan dari masyarakat Kuningan
dan luar. Tradisi Sapton diikuti oleh
kuda-kuda yang biasa menarik penumpang dalam kesehariannya, namun lain lagi
ketika berada diarena kuda ini begitu gesit. Untuk penungganya para kusir. Mereka
tampak gagah dengan baju tradisionalnya.
Saat kuda masuk arena ketegangan mulai ada.
Untuk tahun
ini sapton dimeriahkan juga dengan hadirnya artis ibukota Mandala didampingi
Ega. Ia mengikuti sapton dengan menunggang kuda kemudian berhasil melempar
tombak, walaupun tidak mengenenai sasaran. Namun kemeriahan menjadi lebih
terhibur.
Dalam
pelaksanaanya tak jarang kejadian unik baik yang diperlihatkan oleh si penunggang kuda
maupun oleh kuda itu sendiri. Hal ini menjadi hal yang menegangkan sekaligus
gelak tawa penonton.
Kepala
Bagian Humas Wahyu Hidayah, M.Si selaku sekretaris PHBN menuturkan, kegiatan
saptonan dan panahan merupakan budaya lokal yang sudah berjalan sejak jaman
dulu. Sekarang budaya ini menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan dalam rangka
memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-519 Kuningan.
“Dengan harapan
kegiatan ini akan menjadi daya tarik juga bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kuningan bukan hanya kaya dengan
sumber daya alam namun kaya juga dengan budaya. Sebelum pelaksnaan dilakukan helaran
budaya dari 5 kewadanaan kemudian dilanjutkan “Heba” pemberian hasil tani sebagai bukti kemadirian dari hasil tani,”ungkap
Sekretaris PHBN.
Kemampuan
para penunggang kuda untuk menjadi juara tidak mudah. Hal ini dibutuhkan pengetahuan, keterampilan dan keseimbangan
menunggangi kuda. Dan lebih menarik lagi memiliki kedekatan dengan kudanya
tersebut.
Jumlah peserta
sebanyak 27 adapun yang menjadi sang juara mereka yang mampu memasuki tombak
ketitik sasaran yang berada dibawah ember yang diisi air. Konon katanya menurut
Koordinator Pelaksana Toto sekaligus Ketua Per-Dokar bahwa air tersebut berasal
dari 7 sumur yang dikumpulkan dari beberapa titik mata air yang ada di
Kuningan. (Suhendra/Pubdok)
Post A Comment:
0 comments: