Tradisi langka masih dilakukan warga Desa
Cikubangsari dan Widarasari, Kecamatan Kramatmulya. Dalam menyongsong bulan
suci Ramadan, warga dua desa tersebut makan bersama di pinggir jalanan
beralaskan pelepah daun pisang. Sedikitnya 750 warga ikut meramaikan tradisi
tersebut. Usai membersihkan pemakaman di Jalan Kutanagara, Blok M, Desa
Cikubangsari, mereka berkumpul dan makan bersama.
Ratusan warga dua desa tetangga itu berbaur dalam
kekeluargaan menyantap nasi liwet dengan lauk pauk seperti petai, ikan asin,
kerupuk, sambal, tempe goreng dan tahu, serta lalapan dari hampir 100 tumpeng
yang diberikan kaum ibu-ibu.
Salah seorang warga Cikubangsari, Aef saefudin
mengatakan kegiatan tesebut merupakan tradisi tahunan setiap menjelang bulan
suci Ramadan dengan terlebih dahulu melakukan bersih-bersih makam di kompleks
pemakaman setempat. Hal itu dilakukan selain untuk memupuk kebersamaan dua
warga desa yang dulunya satu desa itu, juga dilakukan dalam rangka melanjutkan
tradisi yang sama selalu dilakukan leluhur mereka, yakni Buyut Salinjang.
“Kegiatan ini diprakarsai oleh keturunan Buyut
Salinjang, dimana Buyut Salinjang adalah salah satu tokoh Desa Cikubangsari
dimana pada saat beliau masih hidup beliau selalu mengadakan kegiatan
tersebut,” terang Aef.
Kegiatan ini pun, sambungnya, berlangsung secara
turun temurun hingga saat ini dan sudah menjadi agenda tahunan yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Cikubangsari dan Widarasari terutama bagi para keturunan
Buyut Salinjang. Kegiatan ini juga dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada
Allah SWT atas datangnya bulan suci Ramadan.
Sebagai bagian dari masyarakat Cikubangsari yang
mencintai tradisi, Aef sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena selain
kegiatan gotong royong dan makan bersama juga sebagai salah satu ajang
bersilaturahmi. Ia berharap ke depannya kegiatan tersebut melibatkan seluruh
masyarakat dua desa sehingga rasa kebersamaan dan persatuan pun semakin kuat
terbangun.
“Mudah-mudahan kedepannya dalam acara ini semua
masyarakat bisa ikut dan terlibat di dalamnya sehingga lebih terbangun rasa
kekeluargaan dan persaudaraan sesama muslim,” harap Aef yang merupakan tokoh
pemuda setempat.
Hal serupa disampaikan warga lainnya, Jejen
Jaenudin. Menurutnya, kegiatan makan bersama beralaskan daun pisang itu harus
tetap dijunjung tinggi. Ia beralasan, selain memupuk kebersamaan dan
persaudaraan diantara sesama warga desa, kegiatan makan bersama seperti itu
juga bisa menggugah pemikiran warga untuk lebih mencintai kampung halamannya.
“Menurut saya sih kegiatan ini harus
terus dipertahankan dan dijunjung tinggi. Tradisi seperti ini banyak manfaatnya
dan jelas sekali dampaknya seperti apa. Makam-makam orang tua dan leluhur kita
menjadi bersih dan kita bisa khusuk ketika memanjatkan doa saat jiaroh di hari Raya
nanti,” ucap Jejen. *DoniS*
Post A Comment:
0 comments: