Kabupaten Kuningan kini kembali mendapat
kehormatan untuk menjadi tuan rumah perhelatan tingkat Jawa Barat. Baru saja
acara penutupan pelaksanaan pekan olahraga pemerintah daerah (POR Pemda) se
Jabar, kini dilanjutkan dengan festival Alimpaido IV 2012 atau permainan
tradisional anak-anak se-Jawa Barat, yang dipusatkan di Open Space Gallery
kawasan obyek wisata Linggarjati Kecamatan Cilimus Kuningan, Sabtu (20/10).
Kepala Dinas Pariwisata & Kebudayaan
(Disparbud) Provinsi Jawa Barat, Drs. Nunung Sobari,MM saat meresmikan
dimulainya acara festival, menegaskan, permainan anak-anak di Jawa Barat itu
sudah hampir punah keberadaannya, sehingga banyak anak-anak sekarang ini yang
sudah tidak mengenal lagi permainan yang pernah dimainkan oleh orangtua atau
nenek moyangnya dulu.
“Atas dasar itu, pihak Disparbud mencoba menggali
ulang dan kembali memasyarakatkannya melalui Alimpiado, dengan harapan
permainan kaulinan barudak Sunda tetap lestari,” tutur Nunung, dihadapan
ratusan peserta Alimpaido yang diikuti 21 kabupaten/kota se Jawa Barat
tersebut. Hadir pada kesempatan itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kuningan
Hj.Utje Ch Suganda dan Wakil Ketua TP PKK Hj. Dadah Rochmana serta undangan
lainnya.
Kegiatan ini merupakan program Pemprov Jabar
2012, yang bertekad untuk menggelorakan kembali “Kaulinan Barudak” (permainan
anak). Salah satu caranya menggelar kompetisi permainan anak yang disebut
Alimpaido. Nama tersebut, plesetan dari kata olimpiade, sedangkan alimpaido
dari bahada Sunda yang artinya alim (tidak mau) paido berarti dibihongi.
Alimpaido bisa diartikan tidak mau curang (belajar kejujuran) itulah nama
hakiki permainan anak-anak yang syarat nilai budaya dan kreatifitas kesundaan.
“Arti Alimpaido juga bisa berarti tidak mau
dihinakan atau ditinggalkan, sehingga melalui festival atau kompetisi ini guna
menghidupkan kembali seni tradisional yang sudah hampir punah,” paparnya.
Sementara menurut Kepala Disparbud Kab.Kuningan,
Teddy Suminar, pada festival Alimpaido tersebut ada beberapa jenis permainan
tradisional yang dilombakan selama dua hari Sabtu dan Minggu (21/10). Yakni;
patikleuk/jajangkungan (egrang), kelom batok, rorodaan (bermain roda),
engklekan (engklek/sondah), sorodot gaplok, perepet jengkol, gatrik, panggal
(gasing), bebeletokan (bedil jeprtet dan sumpit).
Bupati Kuningan dalam sambutannya mengakui,
sebanyak 10 permainan tersebut, sama sekali sudah tidak dikenali lagi oleh
generasi masa kini. “Anak-anak dimasa lalu selalu melakukan permainan seperti
itu dengan peralatan seadanya, dan asyiknya bukan main, sehingga anak-anak
merasa senang dan gembira dibuatnya. Tapi sekarang, sudah sangat langka,” papar
Aang.
Peserta Alimpaido bukan orang dewasa, melainkan
berusia maksimal 15 tahun, peserta berasal dari kabupaten/kota se Jawa Barat,
kecuali empat kabupaten/kota yang tidak mengirimkan dengan alasan tidak jelas
yakni Sumedang, Depok, Kab,Cirebon dan Kota Sukabumi.
Setiap grup terdiri dari tiga atlet /pemain
paling banyak lima orang didampingi seorang ofisial. Mereka bisa pemain
laki-laki atau pun perempuan atau gabungan dari keduanya. Upaya netralitas
dalam penilaian, tim juri terdiri atas pengawas pertandingan, wasit pemimpin
pertandingan dan pengawas permaian. *DOniS*
Post A Comment:
0 comments: