Ditengah maraknya persaingan pasar global ternyata masih ada bisnis tradisional yang masih digeluti untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Bisnis tersebut ternyata masih bertahan dengan situasi yang memang kurang begitu menguntungkan untuk berkembang di jaman yang serba nodern seperti sekarang ini.
Asnawi yang sehari-hari bergelut dengan keterampilannya membuat “Asepan “ ( alat untuk menanak nasi ) ternyata masih bertahan ditengah himpitan pasar bebas seperti sekarang ini. Namun bisnisnya hanya dapat dipasarkan di daerah pedesaan yang kesehariannya menggunakan tungku untuk menanak nasi. Karena untuk di daerah perkotaan sudah tidak mungkin lagi ada yang menggunakan tungku untuk menanak nasi.
“Di kota orang sudah menggunakan magic com, alat untuk menanak nasi yang menggunakan daya listrik untuk operasionalnya sehingga tidak mungkin lagi orang di kota membutuhkan asepan untuk menanak nasi” terang pria tua yang tinggal di Desa Kawung Sari Kecamatan Karangkancana tersebut.
Namun semua itu bukan halangan untuk asnawi untuk berhenti berkarya membuat asepan, karena di desa masih ada orang yang membutuhkan asepan buatannya untuk menanak nasi. Dalam sehari dari pagi sampai malam asnawi bisa membuat 10 buah asepan yang dia hargai Rp. 5.000’/buah.
Dalam pemasarannya biasanya orang membutuhkan dating langsung ke rumahnya atau dia dengan sengaja menjual ke took-toko kelontongan yang menjual asepan buatannya.
Di sela-sela meninjau daerah Bendung Cileuweung, Bupati Kuningan yang tidak sengaja bertemu dengan pembuat asepan tersebut mengatakan, jaman sekarang memang orang mulai terbiasa dengan barang-barang yang praktis yang menggunakan listrik, tetapi saya merasa bangga masih ada orang yang membuat asepan. Kedepan mungkin asepan ini akan menjadi barang langka yang sulit ditemui. Dan semoga saja ditengah modernisasi seperti sekarang ini bisnis seperti ini masih bisa bertahan. (DOniS)
Post A Comment:
0 comments: