Upacara
peringatan Hari Kesadaran Nasional tanggal 17 Juli 2014 kali ini dipimpin
langsung oleh Bupati Kuningan Hj. Utje Ch. Suganda, S.Sos., MAP., dihadapan Staf Ahli Bupati,
Asisten serta Kepala SKPD Di Lingkungan Sekretariat Daerah
Kabupaten Kuningan, para
Pejabat Eselon III Dan IV Serta peserta
upacara lainnya ada beberapa hal yang disampaikan Bupati
Kuningan, diantaranya:
Pertama,
rasa syukur beliau akan suksesnya Pilpres di Kabupaten Kuningan pada tanggal 9
juli kemarin bisa dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang kondusif, aman
dan terkendali, menurutnya kita sebagai bangsa indonesia telah mengikuti pesta
demokrasi rakyat indonesia terbesar yaitu Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
2014-2019. Hal ini beliau yakini karena Masyarakat Kuningan adalah masyarakat
yang lebih mengutamakan perdamaian dan cerdas dalam menyaring informasi. Dalam
kesempatan itu beliau mengucapkan terima
kasih atas dukungan seluruh masyarakat dan aparat Pemerintah Kabupaten Kuningan
yang telah bekerja keras menyukseskan pelaksanaan pilpres ini, yang hasilnya
akan diketahui bersama pada tanggal 22 juli mendatang.
Kedua, Bupati Kuningan mengingatkan bahwa Ramadan sebagai bulan penuh cinta, menganjurkan kasih sayang
antar manusia, hanya dalam ramadan setiap individu memberikan sebagian kecil
bahan makanannya untuk pihak lain berdasarkan ketentuan yang telah berlaku
dalam syara’ yang disebut dengan zakat fitrah. Ramadan juga sebagai bulan
meredam hawa nafsu dengan berpuasa yang menuntut umat manusia untuk dapat
meminimalisasi peluang dosa. Menurutnya
tidak berlebihan bila diilustarikan bulan ramadan ibarat
suatu “lembaga pendidikan” atau “madrasah” yang dengan seperangkat
kurikulumnya, dengan core utamanya spiritual
exercises (latihan-latihan ruhaniah), memproses orang-orang mukmin sebagai in put-nya selama masa pendidikan satu
bulan agar menjadi orang-orang muttaqin sebagai out put-nya. Dengan standar kompetensi lulusan antara lain:
(1)
Memiliki landasan keimanan
yang kuat dan kokoh;
(2)
Melaksanakan ritual (ibadah)
secara tulus dan istiqamah;
(3)
Mempunyai akhlak dan budi
pekerti yang mulia;
(4)
Memiliki rasa kepedulian
sosial yang tinggi;
(5)
Menjadikan al-quran sebagai
pedoman hidup;
(6)
Meyakini sepenuh hati adanya
hari akhirat.
Akhir dari proses
pendidikan ramadan diharapkan mampu melahirkan manusia-manusia taqwa. Manusia
taqwa tersebut diasosiasikan sebagai pribadi yang kembali kepada fitrah, inilah
yang diistilahkan dengan idul fitri. Idul fitri secara bahasa berarti “kembali
kepada kesucian”. Kembali kepada kesucian disini terkandung makna di dalamnya
bahwa setiap manusia dahulu pernah mengalami kondisi fitrah (kesucian) itu,
yaitu pada saat ia terlahir ke atas dunia.
Setelah kondisi suci
hati, suci jiwa dan suci diri yang dicapai melalui rangkaian ibadah ramadan
itu, tugas penting selanjutnya adalah mempertahan kondisi kesucian itu agar
tetap abadi (permanen) dalam diri orang mukmin. Inilah sebenarnya perjuangan
yang paling berat. Melaksanakan ibadah, dalam batas-batas tertentu, adalah
sesuatu yang mudah, tapi melestarikan nilai-nilai ibadah itu sangat sulit
sekali. Banyak orang yang sukses menjalankan ibadah tapi ia sering gagal dalam
mengaktualisasi pesan-pesan ibadah itu dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya. Sehingga ia acap kali mengabaikan nilai-nilai spiritual keagamaan
dalam perjalanan kehidupan duniawinya. Bila seseorang mencapai stadium ini
berarti ia termasuk orang-orang yang bangkrut secara ruhaniah, berapa banyak orang yang
berpuasa, ia tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan
dahaga.
Idul
fitri yang merupakan “buah” dari pendidikan ramadan selama satu bulan penuh
tersebut mengingatkan manusia agar senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama
selama perjalanan kehidupannya. Karena ajaran agama pada hakekatnya sejalan
dengan fitrah kemanusiaan itu. Dengan demikian orang yang kembali fitrah adalah
orang yang senantiasa menjadikan ajaran agama sebagai acuan dalam bersikap, berprilaku
dan bertindak baik dalam konteks kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Ketiga, Berkenaan
dengan momentum tersebut Bupati Kuningan berpesan bahwa hikmah ramadan
dapat memberikan pencerahan dalam proses menuju pemilihan presiden-wakil
presiden, sehingga persaudaraan dan ukhuwah akan tetap terjaga meski berbeda
pilihan dan dukungan, perbedaan pilihan sejatinya akan tetap membina
kebersamaan dan persatuan bangsa ini, sebab indonesia hanya akan dapat dibangun
dengan persatuan dan kesatuan seluruh rakyatnya.
Beliau
selaku Bupati dan sebagai Penasehat
Korpri Kabupaten Kuningan mengamanatkan kepada para pejabat dan seluruh
aparatur Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk selalu menjaga kondusivitas yang sudah terbentuk sampai sejauh
ini. Perbedaan adalah hal yang wajar tetapi kita sebagai sesama umat beragama
haruslah mengutamakan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan
tersebut. Insya allah kalau kita bisa bersikap dewasa dalam menghadapi berbagai
persoalan Kabupaten Kuningan ke depan akan menjadi lebih baik dan maju lagi.
Selain itu mari kita tingkatkan pengabdian dan kedisiplinan
serta kemampuan dalam bekerja
sehingga dapat menjadi aparatur pemerintah
yang tangguh dan profesional sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah SWT.
Keempat Bupati Kuningan
mengucapkan terima kasih kepada para Aparatur
Sipil Negara / anggota Korpri Kabupaten Kuningan atas
dharma bakti yang telah diberikan selama ini untuk kemajuan daerah dan
masyarakat Kabupaten Kuningan. Mari kita
tingkatkan semangat kerja dalam rangka memberikan
pengabdian yang terbaik kepada bangsa, negara, dan masyarakat.
Terakhir Bupati Kuningan menghimbau kepada seluruh
masyarakat Kuningan bahwa
hanya kepada Allah SWT kita berserah diri dan memohon doa semoga kita senantiasa
diberi perlindungan serta kekuatan lahir dan batin dalam melaksanakan tugas
untuk mengabdi dan mewujudkan masyarakat kuningan yang mandiri, agamis, dan sejahtera sebagaimana kita harapkan bersama. (Goems)
Post A Comment:
0 comments: